Teman mahasiswa/i yang sedang sibuk beraktivitas dalam dunia akdemisi, tdk
terkecuali kita yang bernaung dibawah persyarikatan Muhammadiyah tentunya
banyak diantara kita khusunya teman Mahasiswa/i yang belum mengikuti DAD
jikalau mendengar kata Muhammadiyah akan terlintas di benaknya hal negatif .
Bahkan mengatakan bahwa Muhammadiyah itu sesat dan hal lain sebagainya, hal
inilah pula menjadi problematika yang terjadi dikalangan kita saat ini tidak
terkecuali saya sebagai penulis sebelum mengikuti DAD juga beranggapan hal yang sama. Tentunya akan menjadi sebuah
ironi besar kita yang sekolah di kampus berideologi Muhammadiyah tidak
mengetahui hal ini bahkan mencercah Muhammadiyah. Sebagai Mahasiswa yang tergabung dalam Ikatan
Mahasiswa Muhammadiyah berikut saya akan memberikan penjelasan secara singkat
dengan harapan agar teman Mahasiswa terhindar dari prasangka buruk.
Bulan 8 Dzulhijjah 1330 H/18 November 1912 M merupakan
momentum penting lahirnya Muhammadiyah. Itulah kelahiran sebuah gerakan Islam
modernis terbesar di Indonesia, yang melakukan perintisan atau kepeloporan
pemurnian sekaligus pembaruan Islam di negeri berpenduduk terbesar muslim di
dunia. Sebuah gerakan yang didirikan oleh seorang kyai alim, cerdas, dan
berjiwa pembaru, yakni Kyai Haji Ahmad Dahlan atau Muhammad Darwis dari kota
santri Kauman Yogyakarta.
Kata ”Muhammadiyah”
secara bahasa berarti ”pengikut Nabi Muhammad”, sehingga orang islam pada
umumnya semua adalah Muhammadiyah secara kita semua adalah pengikut Nabi
Muhammad. Jadi Muhammadiyah berarti umatnya
Muhammad atau pengikut Muhammad. Yaitu semua oraqng yang menyakini bahwa
Muhammad adalah hamba dan pesuruh Allah yang terakhir .Dengan demikian siapapun
yang beragama Islam maka dia adalah orang Muhammadiyah , tanpa dilihat atau
dibatasi oleh perbedaan Organisasi, golongan bangsa , geografis , etnis ,
dsb.Jadi Muhammadiyah berarti umatnya Muhammad atau pengikut Muhammad. Yaitu
semua oraqng yang menyakini bahwa Muhammad adalah hamba dan pesuruh Allah yang
terakhir .Secara terminologis Muhammadiyah adlah gerakan Islam , Dakwah
AmarMakruf Nahi Munkar , berasa Islam dan bersumber Al Qur'an dan Sunah
didirikan oleh KHA . Dahlan pada tanggal 8 Dzulhijah 1330 H, bertepatan tanggal
18 November 1912 M di kota Yogyakarta .Gerakan ini diberi nama Muhammadiyah
denga maksud untuk berta'faul (berpengharapan baik )dapat mencontoh dan
meneladani jejak perjuangan Nabi Muhammad SAW. dalam rangka menegakkan dan
menjunjung tinggi agama Islam semata - mata demi terwujudnya Izzul Islam wal
Muslimin, kejayaan Islam sebagai idealita dan kemulian hidup umat Ilam sebagai
realita.
Penggunaan kata ”Muhammadiyah” dimaksudkan untuk menisbahkan
(menghubungkan) dengan ajaran dan jejak perjuangan Nabi Muhammad. Penisbahan
nama tersebut menurut H. Djarnawi Hadikusuma mengandung pengertian sebagai
berikut: ”Dengan nama itu dia bermaksud untuk menjelaskan bahwa pendukung
organisasi itu ialah umat Muhammad, dan asasnya adalah ajaran Nabi Muhammad
saw, yaitu Islam. Dan tujuannya ialah memahami dan melaksanakan agama Islam
sebagai yang memang ajaran yang serta dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW, agar
supaya dapat menjalani kehidupan dunia sepanjang kemauan agama Islam. Dengan
demikian ajaran Islam yang suci dan benar itu dapat memberi nafas bagi kemajuan
umat Islam dan bangsa Indonesia pada umumnya.”
Kelahiran dan keberadaan Muhammadiyah pada awal berdirinya
tidak lepas dan merupakan menifestasi dari gagasan pemikiran dan amal perjuangan
Kyai Haji Ahmad Dahlan (Muhammad Darwis) yang menjadi pendirinya. Setelah
menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci dan bermukim yang kedua kalinya pada tahun
1903, Kyai Dahlan mulai menyemaikan benih pembaruan di Tanah Air. Gagasan
pembaruan itu diperoleh Kyai Dahlan setelah berguru kepada ulama-ulama
Indonesia yang bermukim di Mekkah seperti Syeikh Ahmad Khatib dari Minangkabau,
Kyai Nawawi dari Banten, Kyai Mas Abdullah dari Surabaya, dan Kyai Fakih dari
Maskumambang; juga setelah membaca pemikiran-pemikiran para pembaru Islam
seperti Ibnu Taimiyah, Muhammad bin Abdil Wahhab, Jamaluddin Al-Afghani,
Muhammad Abduh, dan Rasyid Ridha. Dengan modal kecerdasan dirinya serta
interaksi selama bermukim di Ssudi Arabia dan bacaan atas karya-karya para
pembaru pemikiran Islam itu telah menanamkan benih ide-ide pembaruan dalam diri
Kyai Dahlan. Jadi sekembalinya dari Arab Saudi, Kyai Dahlan justru membawa ide
dan gerakan pembaruan, bukan malah menjadi konservatif.
Dalam pandangan Djarnawi Hadikusuma, kata-kata yang
sederhana tersebut mengandung arti yang sangat dalam dan luas. Yaitu, ketika
umat Islam sedang dalam kelemahan dan kemunduran akibat tidak mengerti kepada
ajaran Islam yang sesungguhnya, maka Muhammadiyah mengungkap dan mengetengahkan
ajaran Islam yang murni itu serta menganjurkan kepada umat Islam pada umumnya
untuk mempelajarinya, dan kepada para ulama untuk mengajarkannya, dalam suasana
yang maju dan menggembirakan.
Asas Islam pernah dihilangkan dan formulasi tujuan
Muhammadiyah juga mengalami perubahan pada tahun 1985 karena paksaan dari
Pemerintah Orde Baru dengan keluarnya UU Keormasan tahun 1985. Asas Islam
diganti dengan asas Pancasila, dan tujuan Muhammadiyah berubah menjadi ”Maksud dan tujuan Persyarikatan ialah menegakkan dan
menjunjung tinggi Agama Islam sehingga terwujud masyarakat utama, adil dan
makmur yang diridlai Allah Subhanahu wata’ala”. Asas Islam dan tujuan
dikembalikan lagi ke ”masyarakat Islam yang sebenar-benarnya” dalam AD
Muhammadiyah hasil Muktamar ke-44 tahun 2000 di Jakarta.
Kelahiran Muhammadiyah secara teologis memang melekat dan
memiliki inspirasi pada Islam yang bersifat tajdid, namun secara sosiologis
sekaligus memiliki konteks dengan keadaan hidup umat Islam dan masyarakat
Indonesia yang berada dalam keterbelakangan. Kyai Dahlan melalui Muhammadiyah
sungguh telah memelopori kehadiran Islam yang otentik (murni) dan berorientasi
pada kemajuan dalam pembaruannya, yang mengarahkan hidup umat Islam untuk
beragama secara benar dan melahirkan rahmat bagi kehidupan. Islam tidak hanya
ditampilkan secara otentik dengan jalan kembali kepada sumber ajaran yang aseli
yakni Al-Qur‘an dan Sunnah Nabi yang sahih, tetapi juga menjadi kekuatan untuk
mengubah kehidupan manusia dari serba ketertinggalan menuju pada dunia
kemajuan.
Mem-format gerakan Islam melalui organisasi dalam konteks
kelahiran Muhammadiyah, juga bukan semata-mata teknis tetapi juga didasarkan
pada rujukan keagmaan yang selama ini melekat dalam alam pikiran para ulama
mengenai qaidah “mâ lâ yatimm al-wâjib illâ bihi fa huwâ wâjib”, bahwa jika
suatu urusan tidak akan sempurna manakala tanpa alat, maka alat itu menjadi
wajib adanya. Lebih mendasar lagi, kelahiran Muhammadiyah sebagai gerakan Islam
melalui sistem organisasi, juga memperoleh rujukan teologis sebagaimana
tercermin dalam pemaknaan/penafsiran Surat Ali Imran ayat ke-104, :"Dan hendaklah ada diantara kamu sekalian
segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan , menyuruh kepada yang
makruf dan mencegah yang munkar , merekalah orang - orang yanag beruntung
".. Ayat Al-Qur‘an tersebut di
kemudian hari bahkan dikenal sebagai ”ayat” Muhammadiyah.
Muhammadiyah dengan inspirasi Al-Qur‘an Surat Ali Imran 104
tersebut ingin menghadirkan Islam bukan sekadar sebagai ajaran “transendensi”
yang mengajak pada kesadaran iman dalam bingkai tauhid semata. Bukan sekadar
Islam yang murni, tetapi tidak hirau terhadap kehidup. Apalagi Islam yang murni
itu sekadar dipahami secara parsial. Namun, lebih jauh lagi Islam ditampilkan
sebagai kekuatan dinamis untuk transformasi sosial dalam dunia nyata
kemanusiaan melalui gerakan “humanisasi” (mengajak pada serba kebaikan) dan
“emanisipasi” atau “liberasi” (pembebasan dari segala kemunkaran), sehingga
Islam diaktualisasikan sebagai agama Langit yang Membumi, yang menandai
terbitnya fajar baru Reformisme atau Modernisme Islam di Indonesia.
Kelahiran Muhammadiyah sebagaimana digambarkan itu melekat
dengan sikap, pemikiran, dan langkah Kyai Dahlan sebagai pendirinya, yang mampu
memadukan paham Islam yang ingin kembali pada Al-Quran dan Sunnah Nabi dengan
orientasi tajdid yang membuka pintu ijtihad untuk kemajuan, sehingga memberi
karakter yang khas dari kelahiran dan perkembangan Muhammadiyah di kemudian
hari. Kyai Dahlan, sebagaimana para pembaru Islam lainnya, tetapi dengan
tipikal yang khas, memiliki cita-cita membebaskan umat Islam dari
keterbelakangan dan membangun kehidupan yang berkemajuan melalui tajdid
(pembaruan) yang meliputi aspek-aspek tauhid (‘aqidah), ibadah, mu’amalah, dan
pemahaman terhadap ajaran Islam dan kehidupan umat Islam, dengan mengembalikan
kepada sumbernya yang aseli yakni Al-Quran dan Sunnah Nabi yang Shakhih, dengan
membuka ijtihad.
Mengenai langkah pembaruan Kyai Dahlan, yang merintis
lahirnya Muhammadiyah di Kampung Kauman, Adaby Darban (2000: 31) menyimpulkan
hasil temuan penelitiannya sebagai berikut:”Dalam bidang tauhid, K.H A. Dahlan
ingin membersihkan aqidah Islam dari segala macam syirik, dalam bidang ibadah,
membersihkan cara-cara ibadah dari bid’ah, dalam bidang mumalah, membersihkan
kepercayaan dari khurafat, serta dalam bidang pemahaman terhadap ajaran Islam,
ia merombak taklid untuk kemudian memberikan kebebasan dalam ber-ijtihad.”.
Adapun langkah pembaruan yang bersifat ”reformasi” ialah
dalam merintis pendidikan ”modern” yang memadukan pelajaran agama dan umum.
Menurut Kuntowijoyo, gagasan pendidikan yang dipelopori Kyai Dahlan, merupakan
pembaruan karena mampu mengintegrasikan aspek ”iman” dan ”kemajuan”, sehingga
dihasilkan sosok generasi muslim terpelajar yang mampu hidup di zaman modern
tanpa terpecah kepribadiannya (Kuntowijoyo, 1985: 36). Lembaga pendidikan Islam
”modern” bahkan menjadi ciri utama kelahiran dan perkembangan Muhammadiyah,
yang membedakannya dari lembaga pondok pesantren kala itu. Pendidikan Islam
“modern” itulah yang di belakang hari diadopsi dan menjadi lembaga pendidikan
umat Islam secara umum.
Kyai Dahlan juga peduli dalam memblok umat Islam agar tidak
menjadi korban misi Zending Kristen, tetapi dengan cara yang cerdas dan elegan.
Kyai mengajak diskusi dan debat secara langsung dan terbuka dengan sejumlah
pendeta di sekitar Yogyakarta. Dengan pemahaman adanya kemiripan selain
perbedaan antara Al-Quran sebagai Kutab Suci umat Islam dengan kitab-kitab suci
sebelumnya, Kyai Dahlan menganjurkan atau mendorong ”umat Islam untuk mengkaji
semua agama secara rasional untuk menemukan kebenaran yang inheren dalam
ajaran-ajarannya”.
Kyai Dahlan dengan Muhammadiyah yang didirikannya, menurut
Djarnawi Hadikusuma (t.t: 69) telah menampilkan Islam sebagai ”sistem kehidupan
mansia dalam segala seginya”. Artinya, secara Muhammadiyah bukan hanya
memandang ajaran Islam sebagai aqidah dan ibadah semata, tetapi merupakan suatu
keseluruhan yang menyangut akhlak dan mu’amalat dunyawiyah. Selain itu, aspek
aqidah dan ibadah pun harus teraktualisasi dalam akhlak dan mu’amalah, sehingga
Islam benar-benar mewujud dalam kenyataan hidup para pemeluknya. Karena itu,
Muhammadiyah memulai gerakannya dengan meluruskan dan memperluas paham Islam
untuk diamalkan dalam sistem kehidupan yang nyata.
Kyai Dahlan dalam mengajarkan Islam sungguh sangat mendalam,
luas, kritis, dan cerdas. Menurut Kyai Dahlan, orang Islam itu harus mencari
kebenaran yang sejati, berpikir mana yang benar dan yang salah, tidak taklid
dan fanatik buta dalam kebenaran sendiri, menimbang-nimbang dan menggunakan
akal pikirannya tentang hakikat kehiduupan, dan mau berpikir teoritik dan sekaligus
beripiki praktik (K.R. H. Hadjid, 2005). Kyai Dahlan tidak ingin umat Islam
taklid dalam beragama, juga tertinggal dalam kemajuan hidup. Karena itu
memahami Islam haruslah sampai ke akarnya, ke hal-hal yang sejati atau hakiki
dengan mengerahkan seluruh kekuatan akal piran dan ijtihad.
Dalam memahami Al-Quran, dengan kasus mengajarkan Surat
Al-Ma’un, Kyai Dahlan mendidik untuk mempelajari ayat Al-Qur’an satu persatu
ayat, dua atau tiga ayat, kemudian dibaca dan simak dengan tartil serta
tadabbur (dipikirkan): ”bagaimanakah artinya? bagaimanakah tafsir
keterangannya? bagaimana maksudnya? apakah ini larangan dan apakah kamu sudah
meninggalkan larangan ini? apakah ini perintah yang wajib dikerjakan? sudahkah
kita menjalankannya?” (Ibid: 65). Menurut penuturan Mukti Ali, bahwa model
pemahaman yang demikian dikembangkan pula belakangan oleh KH.Mas Mansur, tokoh
Muhammadiyah yang dikenal luas dan mendalam ilmu agamanya, lulusan Al-Azhar
Cairo, cerdas pemikirannya sekaligus luas pandangannya dalam berbagai masalah
kehidupan.
Kelahiran Muhammadiyah dengan gagasan-gagasan cerdas dan
pembaruan dari pendirinya, Kyai Haji Ahmad Dahlan, didorong oleh dan atas
pergumulannya dalam menghadapi kenyataan hidup umat Islam dan masyarakat
Indonesia kala itu, yang juga menjadi tantangan untuk dihadapi dan dipecahkan.
Adapun faktor-faktor yang menjadi pendorong lahirnya Muhammadiyah ialah antara
lain:
1.
Umat Islam tidak memegang teguh
tuntunan Al-Quran dan Sunnah Nabi, sehingga menyebabkan merajalelanya syirik,
bid’ah, dan khurafat, yang mengakibatkan umat Islam tidak merupakan golongan
yang terhormat dalam masyarakat, demikian pula agama Islam tidak memancarkan
sinar kemurniannya lagi;
2.
Ketiadaan persatuan dan kesatuan di
antara umat Islam, akibat dari tidak tegaknya ukhuwah Islamiyah serta ketiadaan
suatu organisasi yang kuat;
3.
Kegagalan dari sebagian
lembaga-lembaga pendidikan Islam dalam memprodusir kader-kader Islam, karena
tidak lagi dapat memenuhi tuntutan zaman;
4.
Umat Islam kebanyakan hidup dalam
alam fanatisme yang sempit, bertaklid buta serta berpikir secara dogmatis,
berada dalam konservatisme, formalisme, dan tradisionalisme;
5.
dan Karena keinsyafan akan bahaya
yang mengancam kehidupan dan pengaruh agama Islam, serta berhubung dengan
kegiatan misi dan zending Kristen di Indonesia yang semakin menanamkan
pengaruhnya di kalangan rakyat
Fungsi dan misi Muhammadiyah
tersebut berangkat dari misi ideal gerakan Islam ini yaitu, (1) menegakkan
tauhid yang murni, (2) menyebarluasan Islam yang bersumber pada Al-Qur’an dan
As-Sunnah, dan (3) mewujudkan amal Islami dalam kehidupan pribadi,
keluarga,danmasyarakat.Muhammadiyah sebagai gerakan Islam dalam mencapai maksud
dan tujuannya melaksanakan dakwah amar ma‘ruf nahi munkar dan tajdid yang
diwujudkan dalam usaha di segala bidang kehidupan (Anggaran Dasar
Muhammadiyah/AD pasal 7). Dalam mencapai maksud dan tujuan serta mewujudkan
misi yang ideal tersebut, Muhammadiyah melakukan usaha-usaha yang bersifat
pokok, yang kemudian diwujudkan dalam amal usaha, program, dan kegiatan
Ortom Muhammadiyah
Ortom atau organisasi otonom Muhammadiyah, merupakan
organisasi yang didirikan oleh Muhammadiyah untuk mendukung gerakan amar
makhruf nahi munkar yang dikembangkan oleh Muhammadiyah. Oleh Muhammadiyah
ortom diberikan kebebsan untuk mengurus rumah tangganya secara independen namun
tetap dalam bingkai nilai-nilai yang dikembangkan Muhammadiyah. Adapun macam-macam ortom Muhammadiyah adalah :
1.
'Aisyiyah (organisasi wanita)
2.
Pemuda Muhammadiyah. (organisasi
pemuda)
3.
Nasyiatul 'Aisyiyah. (organisasi
pemudi)
4.
Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM).
(organisasi pelajar dan remaja)
5.
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM).
(organisasi mahasiswa)
6.
Tapak
suci. (perguruan silat)
7.
Hizbul Wathan. (organisasi kepanduan)
Kyai Dahlan dengn Muhammadiyah yang didirikannya terpanggil
untuk mengubah keadaan dengan melakukan gerakan pembaruan. . Pada permulaan
abad ke-20 terdapat sejumlah pergerakan kecil kecil, pembaharuan di Indonesia
bergabung menjadi beberapa gerakan kedaerahan dan sebuah pergerakan nasional
yang tangguh, Muhammadiyah. Dengan beratus-ratus cabang di seluruh kepulauan
dan berjuta-juta anggota yang tersebar di seluruh negeri, Muhammadiyah memang
merupakan pergerakan Islam yang terkuat yang pernah ada di Asia Tenggara.
Sebagai pergerakan yang memajukan ajaran Islam yang murni, Muhammadiyah juga
telah memberikan sumbangan yang besar di bidang kemasyarakatan dan pendidikan.
Klinik-klinik perawatan kesehatan, rumah-rumah piatu, panti asuhan, di samping
beberapa ribu sekolah menjadikan Muhammadiyah sebagai lembaga non-Kristen dalam
bidang kemasyarakatan, pendidikan dan keagamaan swasta yang utama di Indonesia.
v PendidikanTK/TPQ, jumlah TK/TPQ Muhammadiyah adalah sebanyak
4623.SD/MI, jumlah data SD/MI Muhammadiyah adalah sebanyak 2604.SMP/MTs, jumlah
SMP/MTs Muhammadiyah adalah sebanyak 1772.SMA/SMK/MA, jumlah SMA/MA/SMK
Muhammadiyah adalah sebanyak 1143.Perguruan
Tinggi Muhammadiyah, jumlah Perguruan Tinggi
Muhammadiyah adalah sebanyak 172. Dan terus bertambah
v Kesehatan: Rumah Sakit, jumlah Rumah Sakit Umum dan Bersalin
Muhammadiyah/ Aisyiyah yang terdata sejumlah 72 Balai Kesehatan Ibu dan Anak, Balai
Kesehatan Masyarakat, Balai Pengobatan, Apotek Dan terus bertambah
v Sosial Panti Asuhan Yatim, Panti JompoBalai Kesehatan
SosialPanti Wreda/ ManulaPanti Cacat NetraSantunan (Keluarga, Wreda/ Manula,
Kematian)BPKM (Balai Pendidikan dan Keterampilan Muhammadiyah)Rehabilitasi
CacatSekolah Luar BiasaPondok Pesantren. Dan terus bertambah
‘Aisyiah, organisasi wanitanya, mungkin merupakan pergerakan
wanita Islam yang terbesar di dunia. Pendek kata Muhammadiyah merupakan suatu
organisasi yang utama dan terkuat di negara terbesar kelima di dunia”.
Muhammadiyah from zero to Hero yang
membendung gerakan kristenisasi, penetrasi bangsa eropa dan pembaharuan dalam
dunia islam, mempunyai andil yang besar dalam memerdekakan Indonesia, mencerdaskan,
melahirkan akademisi islam, menegakkan tauhid murni penanganan bid’ah, takhayul
dan Khurafat, pencerahan ummat yang dilakukan sampai saat ini lebih dari satu
Abad lamanya.
Tokoh ulama' pendiri Muhammadiyah, perjuangannya dalam berda'wah Islam lewat Muhammadiyah tak pernah luntur hingga wafat beliau di tahun 1923 M.Semboyan beliau yang masih dipegang teguh oleh aktivis Muhammadiyah sampai saat ini adalah :
"Hidup-hidupilah Muhammadiyah dan jangan mencari hidup pada
Muhammadiyah."
Demikianlah sedikit penjelasan (walaupun tiga halaman)
tentang Muhammadiyah, kiranya bisa berguna bagi kita sekalian.
"Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuku -
peliharalah shalat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu."
ISLAM
agamaku MUHAMMADIYAH Gerakanku IMM organisasiku.
oleh IMM_Publisher third Edition See
you on Fourth Edition
No comments:
Post a Comment