Tuesday, March 24, 2020

7 Falsafah Ajaran Kh. Ahmad Dahlan



Kh. Ahmad Dahlan, dalam kalangan warga persyarikatan Muhammadiyah nama beliau sudah tidak asing lagi didengar, bahkan merupakan tokoh utama yang luar biasa sebagai panutan dalam pergerakan organisasi Muhammadiyah. Beliau merupakan pendiri organisasi terbesar yakni Muhammadiyah.

Dalam penjalanannya sebagai salah satu tokoh yang senantiasa memperjuangkan pendidikan pada masanya beliau dikenal dengan pemikiran dan gagasan-gagasannya yang luar biasa dan patut kita contoh. 

Namun Kh. Ahmad Dahlan sendiri tidak pernah menulis buku fisik khusus terkait landasan pemikiran dan gagasannya meskipun beliau pernah menjadi seorang jurnalis. 

Pikiran-pikiran beliau dibukukan hanya oleh murid-muridnya. Salah satunya yakni Kh. Hadjid. Adapun gagasan-gagasan dan pemikiran Kh. Ahmad Dahlan yang tertuang melalui Kh. Hadjid tentang 7 falsafah Ajaran Kh. Ahmad Dahlan yakni:

Tujuh Falsafah Ajaran

1. "Kita, manusia ini hidup di dunia hanya sekali, untuk bertaruh: sesudah mati, akan mendapat kebahagiaankah atau kesengsaraan? Dan ulama'-ulama' itu dalam kebingungan, kecuali mereka yang beramal. Dan mereka yang beramalpun semuanya dalam kekhawatiran, kecuali mereka yang ikhlas atau bersih." 

2. "Kebanyakan diantara para manusia berwatak angkuh, dan takabur, mereka mengambil keputusan sendiri-sendiri."

3. "Manusia itu kalau  mengerjakan apapun, sekali, dua kali, berulang-ulang, maka kemudian jadi biasa. Kalau sudah menjadi kesenangan yang dicintai, maka kebiasaan yang dicintai itu sukar untuk dirubah. Sudah menjadi tabiat, bahwa kebanyakan manusia membela adat kebiasaan yang telah diterima, baik itu dari sudut keyakinan atau itiqad, perasaan kehendak maupun amal perbuatan. Kalau ada yang akan merubah, mereka akan sanggup membela dengan mengorbankan jiwa raga. Demikian itu karena anggapannya bahwa apa yang dimiliki adalah benar."

4. "Adakah engkau menyangka, bahwasanya kebanyakan manusia suka mendengarkan atau memikir-mikir mencari ilmu yang benar?" (Al-Furqon:44).

5. "Manusia tidak menuruti, tidak mempedulikan sesuatu yang sudah terang bagi dirinya. Artinya, dirinya sendiri, pikirannya sendiri, sudah mengatakan itu benar, tetapi ia tidak mau menuruti kebenaran itu karena takut kepada kesukaran, takut berat dan macam-macam yang dikhawatirkan, karena nafsu dan hatinya sudah terlanjur rusak, berpenyakit akhlaq (budi pekerti), hanyut dan tertarik oleh kebiasaan buruk."

6. "Kebanyakan pemimpin-pemimpin rakyat, belum berani mengorbankan harta benda dan jiwanya untuk berusaha tergolongnya umat manusia dalam kebenaran. Malah pemimpin-pemimpin itu biasanya hanya mempermainkan, memperalat manusia yang bodoh-bodoh dan lemah."

7.  "Pelajaran terbagi dalam dua bagian: (1) Belajar ilmu (pengetahuan dan teori); (2) Belajar amal (mengajarkan, mempraktekkan). Semua pelajaran harus dengan cara sedikit demi sedikit, setingkat demi setingkat, demikian pula dalam belajar amal, harus dengan cara bertingkat. Kalau setingkat saja belum dapat mengerjakan, tidak perlu ditambah.

Semoga gagasan-gagasan dan pemikiran beliau senantiasa hidup, dan senantiasa menjadikan dasar dalam pergerakan dan perjuangan kita. 

Fastabiqul Khaerat







*7 Ajaran Falsafah tersebut diambil dari materi MJSChannel oleh Fachruddin Faiz

2 comments: