LAHIR sebagai putra prajurit Tentara Nasional Indonesia (TNI), dan mendapat tempaan hidup yang keras, membuat Bupati Bantaeng, Nurdin Abdullah, terdidik menjadi manusia mandiri, Nurdin tidak lahir dari laut yang tenang, Nurdin Abdullah, saat itu, masih sedang duduk di bangku SMPN 4 Parepare.
Sementara, suaminya, Haji Andi Abdullah, sedang bertugas sebagai Komandan Rayon Militer (Danramil) di Soppeng. Nuraeni harus menghidupi enam anaknya dengan penghasilan pas-pasan. Perempuan ini berjualan, hingga usaha katering mahasiswa, di bilangan Jalan Bandang, kala itu. Sebagai anak sulung, Nurdin punya tekad yang kuat.
Dia ingin membahagiakan ibunya, Nurdin kembali ke Parepare melanjutkan SMP, sambil bekerja. Di Kota itu, Nurdin secara rutin harus bangun pukul 04.00 dini hari, lalu berjalan kaki ke sekolah yang jaraknya lima kilometer.
Kunci Utama Jujur dan Kerja Keras saat kuliah di luar negeri, Nurdin mengikuti banyak kegiatan ekstra. Membangun relasi dengan pemerintah kota, pengusaha-pengusaha Jepang, hingga aktif di organisasi senat mahasiswa.
Nurdin menyelesaikan jenjang Magister dan Doktor Bidang Agrikultur dalam rentang waktu enam tahun lebih. Selama itu pula, dia memimpin organisasi yang menghimpun mahasiswa-mahasiswa asing di Kyushu, namanya Fosa.
Saat itu, di sekitar tahun 1990, pertumbuhan ekonomi Jepang cukup pesat. Banyak pengusaha Jepang yang ingin berinvestasi ke luar negeri. Saat Nurdin menjadi ketua Fosa, dia menyusun program presentase terkait potensi negara masing-masing mahasiswa asing di Universitas Kyushu.
"Jadi mahasiswa-mahasiswa asing ini mempresentasekan potensi negerinya di depan pengusaha-pengusaha. Mahasiswa-mahasiswa ini juga harus siap mengantarkan pengusaha ke negerinya, dan memediasi proses investasinya, jika pengusaha ini tertarik," kata peraih penghargaan bidang pertanian dari Presiden pada 2009 ini.
Fosa juga membuat program distribusi barang-barang perabot bekas warga Jepang, ke sejumlah warga lain yang membutuhkan. Itu membuat Fosa menjadi organisasi yang dekat dengan pemerintah, dan mendapat anggaran lima juta yen setiap tahun.
"Kita bikin program rekreasi keluarga, dan mendapat banyak sponsor bank-bank," ceritanya. Namun, program presentase potensi daerah itu membuat Nurdin dipercaya pengusaha, salah satunya pengusaha yang bergerak dalam hasil laut.
Nurdin memperkenalkan potensi ikan tuna yang besar di Indonesia. Maka, dengan saham dari perusahaan tersebut, Nurdin mendirikan Some Kawa Industry Co Japan di Bali. Perusahaan itu membantu mendorong daya saing ekspor ikan Indonesia.
Bahkan sukses menyelamatkan satu perusahaan BUMN, PT Perikanan Samudera Besar, dari ancaman failit. Nurdin yang belajar banyak pola penangkapan ikan dari Jepang, dengan status jebolan S3 Universitas Kyushu, kerja keras dan ikut berlayar mengarungi samudera, bersama para nelayan penangkap tuna.
Kerja keras dan kejujuran Nurdin kian mendapat perhatian investor Jepang dan Nurdin kembali mendapat tawaran untuk mendirikan industri pengolahan kayu menjadi batsudan dan benda budaya Jepang, PT Maruki International.
MENJADI Bupati di Kabupaten Bantaeng, bukanlah hal yang dicita-citakan Nurdin Abdullah.
Jabatan itu sebenarnya selalu dia hindari. Keturunan Raja Bantaeng ke-28, Karaeng Pawilloi itu, memang memutuskan maju sebagai calon bupati Bantaeng, 2008 silam, usai didatangi hampir 3.000 masyarakat Bantaeng. Namun, jauh sebelum itu, dorongan untuk menjadi Bupati sudah sering datang dari ayahnya, Haji Andi Abdullah, putra Karaeng Latippa yang juga cucu Karaeng Pawilloi.
Nurdin menuturkan, sering dia merasa emosi, saat Andi Abdullah memintanya memimpin Bantaeng. Pasalnya, istri, mertua, dan pemilik perusahaan yang sekarang dia pimpin tidak setuju. Hingga akhirnya, menjelang akhir hayat Andi Abdullah, pesan itu kembali diutarakannya.
"Katanya, permintaan itu berasal dari luluhur saya. Katanya saya harus kembali, dan memperbaiki Balla Lompoa (rumah adat Bantaeng). Dia mengaku tidak tenang sebelum menerima jawaban saya. Setelah saya mengiyakan, lalu keesokan harinya, dia sudah meninggal dunia," tutur Nurdin.
Selain ayahnya, Nurdin juga pernah mendapat permohonan dari kalangan Kiyai di Bantaeng. "Mereka bermohon dengan alasan ingin menurunkan saya dari kenikmatan," kata dia.
Nurdin yang berpasangan dengan Asli Mustadjab itu terpilih dan meraih suara sampai 46 persen pada pemilukada Bantaeng, 2008 silam. Pada Pemilukada 2013 lalu, dia meraih 83 persen suara, dan kembali memimpin Bantaeng periode kedua.
urdin melanjutkan ceritanya. Industri smelter yang dibangunnya bakal meraup tenaga kerja lebih besar. Kawasan pesisir justru akan ditata, sehingga petani rumput laut bisa meraup penghasilan lebih besar.
Nurdin lalu warga berdialog, hingga diketahui ada yang memprovokasi warga di dusun tersebut. Cara-cara dialog dan rutin blusukan ke masyarakat dilakukan Nurdin. Dia membebaskan ratusan hektare lahan untuk kawasan industri smelter Bantaeng Industrial Park, dengan protes yang minim.
"Karena aktivitas ini, biasanya pulang ke rumah saat larut malam, dan bangun subuh-subuh," ujar dia. Di Bantaeng, Nurdin cukup sering ditemui di Pantai Seruni saat sore hari, dan sering joging dan bersepeda di pagi hari.
"Kalau pagi, sampai jam 9 saya terima tamu dari masyarakat di rumah, baru ke kantor," ujar Bupati yang pernah masuk 12 calon Presiden alternatif versi Universitas Indonesia tersebut.
Nurdin Abdullah sukses menarik minat perusahaan asing untuk berinvestasi lebih dari Rp20 triliun ke Bantaeng. Jika itu terwujud, daerah itu bisa mendapat setoran sepuluh persen dari investasi. Nurdin menjalankan pemerintahan yang tidak kaku.
Banyak persoalan diselesiakan di atas meja makan, secara non formal. Saat ini, rata-rata pertumbuhan ekonomi Bantaeng meningkat menjadi 8,9 persen, dengan angka pengangguran menurun dari 8 persen lima tahun lalu, menjadi 3,5 persen. Bantaeng kini masuk urutan kelima Kabupaten dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) tertinggi di Sulawesi Selatan.
konsep kepemimpinan yang diterapkan Prof.Dr.H.M.Nurdin Abdullah, M.Agr. dalam memimpin Kabupaten Bantaeng sangat luar biasa, yakni menemukan masalah lalu mencari solusi hingga lahir hasil dan prestasi yang membanggakan.
Di tangan satu-satunya bupati yang bergelar profesor di Indonesia ini, semuanya bisa diatur.
Kecendekiawanannya menjadi sangat bermanfaat bagi seluruh lini yang disentuhnya. Ia berhasil mendatangkan investor asing, tercatat dari Jepang, Cina, dan Korea.
Ia blusukan hingga ke kampung-kampung menemui warga dan mendengarkan curhat mereka. Tak mengherankan bila mulai dari anak-anak sampai orang tua sangat dekat dan bersahabat dengan pemimpin daerahnya itu.
Ia senantiasa ingin mencari tahu akar masalah langsung ke sumbernya. Jika sudah tahu penyebabnya, dengan cepat ia mengambil tindakan dan menyelesaikannya. Bekerja dengan fokus, itulah kunci keberhasilannya. "Kalau yang satu sudah selesai, baru kita pikirkan yang lain," kata Ketua Persatuan Alumni Jepang di Sulsel ini.
Mantan Presiden Direktur PT Maruki Internasional Indonesia ini membuka kesempatan bagi para investor kelas dunia untuk berbisnis di Bantaeng. Nurdin menyiapkan lahan sekitar 1.000 hektar di daerah Pajjukukkang yang tuntas di tahun 2015 untuk pabrik smelter yang dibangun investor Jepang, Cina dan India. 2.000 hektar untuk relokasi industri dari Jepang.
Rencananya pula, Ehime Toyota akan membangun sekolah mekanik untuk wilayah Asia Pasifik dan pembangunan Balai Latihan Kerja (BLK) berstandar internasional.
"Triliunan uang investor masuk ke Bantaeng tanpa ada pungutan sepeser pun. Kita menerapkan pelayanan one day service, proses perizinan selesai dalam sehari tanpa pungutan. Investor kita jemput di bandara lalu kita antar sampai ke Bantaeng, kita mengelola keuangan daerah secara terbuka dan transparan, buktinya tidak ada pejabat saya yang korupsi," ujar Nurdin dengan nada bangga.
Di kepemimpinan alumni fakultas pertanian Universitas Kyushu di Jepang ini perekonomian Bantaeng tumbuh dari 5,3 persen menjadi 8,9 persen pertahun serta berhasil meningkatkan indeks pendapatan perkapita warga Bantaeng dari Rp 5 juta menjadi Rp 14,7 juta.
Selain itu pula, Nurdin juga berhasil menghapus angka kematian ibu melahirkan di Bantaeng sebelum kepemimpinannya, sebanyak 12 ibu per tahun. Nurdin berhasil memajukan kembali varietas sayur-sayuran dan buah Bantaeng dan hasil-hasil perikanan, dengan konsep Agri-Marine Economy.
Berkat kemajuan perekonomian di Bantaeng, terjadi arus balik warga Bantaeng yang merantau di luar, serta bertambahnya penduduk yang bermigrasi ke Bantaeng. Bupati yang menjunjung tinggi filosofi Jepang pantang berbohong, disiplin, sesuai kata dan perbuatan ini juga berhasil membenahi sistem pelayanan kesehatan warganya.
Di Bantaeng, setiap warga yang membutuhkan pelayanan kesehatan gratis, cukup menghubungi call center 113, maka dokter dan perawat beserta mobil ambulance akan segera menjemput pasien di rumahnya. Dengan Brigade Siaga Bencana (BSB), Nurdin menyiagakan 24 jam, 20 dokter, 16 perawat dan 8 unit mobil ambulance berfasilitas emergency hibah dari Jepang.
Selain itu pula, BSB Bantaeng juga menyiagakan 11 unit mobil pemadam kebakaran berstandar Internasional, yang kemampuannya melebihi armada yang dimiliki Dinas Damkar Makassar. Bahkan, mobil ambulans milik Pemkab Bantaeng kerap dipinjamkan di kabupaten tetangga bilamana ada pasien yang akan dirujuk ke Makassar.
Selain itu pula, Nurdin yang menguasai tiga bahasa asing, Inggris, Jepang dan Cina. ini berhasil meyakinkan pemerintah pusat untuk menggelontorkan dana sekitar Rp 120 miliar untuk membangun gedung rumah sakit 8 lantai berstandar internasional di kabupaten seluas 395 kilometer persegi dan dihuni sekitar 180 ribu jiwa ini.
Selama 6 tahun kepemimpinannya, Bantaeng menyabet lebih dari 50 penghargaan tingkat nasional, termasuk 4 kali berturut-turut piala adipura yang sebelumnya tidak pernah didapatkan, 3 tahun berturut-turut meraih Otonomi Award dan berhasil memenangkan Innovative Government Award (IGA) tahun 2013 yang diadakan Kementerian Dalam Negeri.
Publish: jumardi
No comments:
Post a Comment