Menilik kembali pelaksanaan LID III PC IMM Bone tentunya
banyak hal yang didapatkan darinya secara tersurat maupun tersirat baik bagi
mereka yang menyampaikan materi, pembina, panitia, terlebih pada peserta yang
menjadi objek dalam pelatihan. Adapun
apa yang ingin writer sampaikan kali ini lebih kepada kesalahan atau kekurangan
dalam pelaksanaan LID. Kiranya dengan apa yang writer sampaikan dapat menjadi
pelajaran untuk dijadikan acuan bersama dalam menyikapi problematika yang sama
dikemudian hari. Kesalahan atau kekurangan tersebut adalah;
PESERTA
Kurangnya kesadaran untuk mempelajari lebih jauh ilmu Bahasa
berdampak pada penyalahan qaedah berbahasa Indonesia yang baik dan benar dalam
forum resmi. Contoh:
1. Penggunaan frasa mempersingkat waktu (diulang 3 kali oleh
peserta dalam pelatihan). Dalam
qaedah waktu tidak dapat dipersingkat, selamanya 1 menit 60 detik 1 jam 60
menit dan seterusnya. Hal ini sudah menjadi konsep kesepahaman bersama. Frasa
yang benar adalah efisiensi waktu yang artinya dengan tidak menyia-nyiakan
waktu.
2. Pemberian awalan dan akhiran pada kata tertentu yang jika
tidak dilakukan akan merubah makna/maksud. Materi Tauhid, IMM, Muhammadiyah,
Mahasiwa, Tarjih tidaklah tepat jika tidak ditambahkan awalan dan akhiran yang
sesuai. Materi Tauhid: Bahaya syirik, Pentingnya Tauhid rububiyah. Materi IMM:
Mengenal sejarah IMM, Tafsir tujuan. Materi Muhammadiyah: MKCH, AD-ART dan
seterusnya. JIka kita ingin mengkaji/membahas dalam lingkup menyeluruh maka
kata Tauhid, IMM, Muhammadiyah dst harus diberi penambahan awalan dan akhiran
menjadi ke-Tauhid-an, ke-IMM-an, ketarjihan dst. Lain halnya pada kata tertentu
yang walaupun tak ditambahkan awalan dan akhiran tidak membawa pada
kesalapahaman karena kata itu sudah bersifat menyeluruh dan bukan subjek.
Contoh: Ibadah, Akhlak.
3. Mengabaikan pengertian kata-kata penting yang berimbas
pada ketidak sesuaian maksud antara pembicara dan pendengar. Screening dari
Bahasa inggris terbagi dari dua kata screen: layar, monitor, gambar depan dan
verb ing: akhiran yang memberikan unsur sifat yang jika digabung berarti penyaringan. Kader
berasal dari Bahasa perancis cader yang berarti anggota yang setia, loyal dan
lainnya.
4. Kalimat/kata bermakna ganda (ambigu) atau yang dapat
mendatangkan pertentangan. Hal ini sebenarnya bergantung pada peserta yang
menjadi objek perlakuan. Contoh peserta mahasiswa semester 1-2 dengan pemikiran
yang labil tidaklah menjadi masalah namun peserta mahasiswa semester 7-8 dengan
pemikiran kritis/kompleks akan mendatangkan masalah. Contoh Kalimat: yang
merasa dirinya lengkap silahkan duduk. Sedari dulu rasa tak punya tolak/alat
ukur, dalamnya samudera hindia dapat manusia ukur namun rasa siapa yang tahu.
Jadi jangan salahkan peserta jika mereka secara berjamaah melakukan sesuatu
yang bertentangan dengan harapan.
5. Penggunaan kata gaul mendominasi, intonasi yang unik,
kalimat dengan jeda dan durasi waktu yang konstan. Penggunaan kata gaul
(boring, jenuh, toh?) diikuti intonasi yang mendominasi awal hingga akhir
pertemuan memunculkan tanya, apakah kita ingin keluar sebagai Pembina atau
stand upper?. kalimat dengan jeda dan durasi waktu yang konstan yang writer
maksud adalah seperti ini: bagaimana kabarnya?-(jeda 30 detik)- mana teman
sekelompoknya yang lain? -(jeda 30 detik)-Sudah hafal bacaan shalatnya-(jeda 30
detik)-dan seterusnya mirip-mirip penyiar radio menyampaikan kalimat tanpa kata
penghubung.
PEMATERI
Tidak diragukan mereka yang menyampaikan materi memilki
tingkat kecerdasan tinggi namun ada beberapa hal yang perlu diberikan pelurusan.
1. Retorika kebablasan
Tingginya
kosa kata dan tata Bahasa tidaklah menjadi jaminan seseorang dapat membawakan
materi dengan baik jika tidak didunakan/ditempatkan sebagaimana mestinya.
Memberikan penyampaian materi menggunakan retorika membawa pikiran dari kiri ke
kanan kemudian balik ke kiri kemudian kekanan justru akan membuat peserta teler
hingga mabok di forum.
2. Materi tak jelas
Menyerupai
point 1 namun berbeda. Jika kita ingin berangkat ke Makassar semisalkan ada
jalan raya yang dapat ditempuh dengan mudah namun kita lebih memilih jalur
hutan belantara yang membingungkan dan dapat menyesatkan. Pemberian materi yang
menyimpang dari arah yang memudahkan, menggunakan rel lain menimbulkan tanya
pada peserta. Sebenarnya ini pemateri apa yang nabahas?.
3. Pemateri yang Arogan
Pemateri
berbicara seakan dialah yang paling benar dimuka bumi diikuti intonasi dan
geisture yang merendahkan , tak pernah meninggalkan tempat duduk selama
pemberian materi ditambah sibuk sendiri tanpa memberikan kesempatan peserta
menyampaikan pemikirannya(terkecuali materi yang sifatnya ilmiah) kemudian
monoton dalam penyajian.
4. Tak terampil memberikan feed back
Inilah
hal yang kadang membuat writer malas bertanya. Saat kita memberikan pertanyaan
mengacu pada jawaban descriptive
namun hanya dijawab yes no (dijawab singkat seperti tak ikhlas menjawab) hingga
dalam penyajian memang banyak yang bertanya secara kuantitas namun rendah
secara kualitas.
Sebenarnya banyak contoh dan hal yang ingin writer sampaikan
dari berbagai perspective namun writer tak igin menjadikan tulisan ini menjadi
karya tulis ilmiah, juga tak ingin hal yang bersifat secret dalam pelatihan ter-expose.
Writer : Fikar Exact
Writer : Fikar Exact
No comments:
Post a Comment