Thursday, April 23, 2020

Pikiran yang Terpenjarakan



Pemenjaraan pemikiran yang banyak terlihat oleh perempuan masa kini, membuat keresahan dan kemirisan tersendiri.

Melihat problematika wanita di dunia sekarang ini semakin kompleks saja. Mulai dari keterbelakangan pendidikan dan pengetahuan, kesenjangan sosial, ketidakberdayaan ekonomi, keterbelakangan teknologi, kekerasan dalam rumah tangga, kejahatan seksual dan kriminalitas, hingga pada minimnya kontribusi peran dalam urusan tatanan negara. 

Tidak dipungkiri bahwa segala permasalahan tersebut telah menjangkiti sebagaian besar wanita, tak terkecuali juga pada muslimah. Masih minimnya pemahaman agama, sehingga memberikan sumbangsih untuk dunia juga sangat kecil. 

Seharusnya perempuan juga harus memberikan peran yang signifikan untuk seluruh umat, sebagaimana firman Allah SWT dalam surah At-Taubah ayat 71 yang artinya “Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang mungkar, mendirikan sholat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Alah, sesungguhnya  Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. Itu hanya satu dari sekian banyak  ayat dalam Al-Qur’an yang membahas tentang kesamaan hak antara laki-laki dan perempuan, contoh lainnya  QS. An-Nahl ayat 97 dan QS. Al-Baqarah ayat 228.

Nah, ayat yang disebutkan tadi menjadi dasar bahwa ternyata perempuan memiliki hak yang sama dengan laki-laki dalam melakukan suatu pekerjaan di berbagai sektor kehidupan, termasuk juga menyalurkan pemikiran yang kritis terhadap penguasa. 

Namun juga bukan berarti kaum laki-laki dan perempuan setara  dalam keseluruhan sendi kehidupan. Karena totalitas dalam menyetarakan keduanya dalam segi peran, kedudukan, status sosial, pekerjaan, jenis kewajiban dan hak, sama halnya itu melanggar kodrat. Kenyataannya tidak dapat dipungkiri bahwa antara laki-laki dan perempuan terdapat beberapa perbedaan-perbedaan mendasar, secara kodrati maupun hingga jika kita melihat keduanya dengan kasat mata sekalipun. Secara biologis laki-laki dan perempuan jelas berbeda. Begitupun dari segi sifat, pemikiran akal, kecenderungan, emosi dan potensi masing-masing juga berbeda.

Dalam Islam perempuan mempunyai keterbatasan-keterbatasan yang membedakan dirinya dengan laki-laki salah satu contohnya ketika menjadi imam sholat. Namun hal tersebut lantas tidak menjadikan pengkerdilan terhadap perempuan, karena ada beberapa kodrat sebagai perempuan dan laki-laki muslim yang juga tidak boleh kita hempaskan semuanya hanya atas nama persamaan.

Ok back to the point, di zaman milenial ini bahkan ada istilah kesetaraan gander. Kesetaraan gender dikenal juga sebagai keadilan gender yakni sebuah pandangan bahwa semua orang harus menerima perlakuan yang setara dan tidak didiskriminasi berdasarakan dari identitas gander mereka yang bersifat kodrati. Kesetaraan gender itu sendiri merupakan salah satu hak asasi sebagai manusia berupa hak untuk hidup secara terhormat, bebas dari rasa ketakutan dan bebas menentukan pilihan hidup yang tidak hanya diperuntukan bagi para laki-laki, namun perempuan pun juga memiliki hak yang sama.

Ketika kita flashback sebelum menyebarnya Islam sampai pada peradaban Islam di masa lampau tak bisa dilepaskan dari peranan dan sumbangsih dari perempuan terkhusunya juga muslimah. Hebatnya, tokoh-tokoh perempuan muslimah itu tak hanya memberikan kontribusi pada bidang tertentu, tapi beragam bidang. Misalnya, Aisyah binti Abu bakar. Beliau adalah Istri dari manusia paling mulia, Rasulullah  SAW, sekaligus putri sahabat beliau, Abu Bakar ash-Shiddiq. Aisyah juga dikenal sebagai sosok yang cerdas, seperti  dalam periwayatan hadis, beliau menjadi salah satu perawi yang diperhitungkan, baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Dengan kecerdasannya dalam berbagai kesempatan, Aisyah kerap datang dengan ide-ide cemerlang, juga tutur katanya yang santun, hal tersebut ini sangat membantu dalam meringankan tugas dakwah Rasulullah.

Dalam dunia matematika sendiri terdapat Sutaita al-Mahamali, salah satu muslimah yang mencatatkan dirinya dalam sejarah perkembangan peradaban islam. Beliau adalah pakar matematika. Selain ahli aritmatika, Sutaita berhasil memecahkan solusi sistem persamaan dalam matematika. Catatannya tentang sistem persamaan pun banyak dikutip oleh para matematikawan lainnya. Kepiawaiannya dalam matematika membuat Sutaita dipuji oleh para sejarawan kala itu, seperti Ibnu Katsir.

Melihat di negara tercinta kita Indonesia, hingga saat ini selalu diperingati Hari Kartini setiap tahunnya. Beliau merupakan salah satu pahlawan wanita yang mewakili perempuan muslim dan beliau juga pelopor kebangkitan perempuan pribumi melalui pemikiran-pemikirannya. Dan masih banyak lagi pahlawan-pahlawan perempuan muslim lainnya yang sangat berkontribusi dalam sejarah Indonesia.
Dari beberapa kisah diatas terbukti bahwa dalam dunia ini bukan hanya terdapat sumbangsih kaum pria saja. Namun para perempuan muslim juga memberikan kontribusi yang dapat diperhitungkan dalam kemajuan pemikiran dunia.

Setelah melihat persoalan dunia wanita yang semakin kompleks hingga hari ini, yang telah dipaparkan diawal bukan karena perempuan khususnya muslimah saat ini tidak memiliki pemikiran-pemikiran yang  hebat dan ilmu yang memadai  untuk menyelesaikan persoalan dunia yang kompleks namun melainkan perempuan tersebut di domestifikasi oleh peran perempuan hanya sebatas bekerja didapur, sumur, mengurus keluarga, sehingga pada akhirnya hal diluar itu menjadi tidak penting. Serta penganggapan bahwa perempuan itu lemah, hanya menjadi sosok pelengkap, bahkan selalu saja memosisikan dirinya sebagai “Boneka” yang tidak bisa melakukan hal-hal yang dapat diperhitungkan, bersifat lemah dan tidak punya daya sama sekali. 

Tak dipungkiri bahwa perasaan naif inilah yang berperan dalam pembentukan pola berpikir  perempuan, dan juga kecenderungan perempuan muslimah itu yang lebih banyak menyimak dan berbicara antar dirinya saja ketimbang keinginan untuk menyampaikan didepan umum, tidak ada usaha mendokumentasikan hasil pemikiran-pemikirannya melalui tulisan atau dengan kata lain mereka lebih memilih untuk memenjarakan sendiri pemikirannya.

Sebagian perempuan sudah seharusnya untuk menyadari hal tersebut. Tulisan ini juga masih terdapat banyak kekurangan. Hanya sepenggal kata daei seorang yang fakir ilmu yang mencoba untuk membuka mata kaum perempuan agar paham untuk bisa juga membuka diri sehingga dapat membeirkan konribusi nyata dalam kehidupan, tidak seperti perempuan yang dimaksudkan tadi.

Satu hal lagi, kespesialan perempuan diabadikan didalam Al-Qur’an dengan nama QS. An-Nisa. Secara umum pun islam memandang laki-laki dan wanita dalam posisi yang sama tanpa ada perbedaan, semuanya merupakan ciptaan Allah yang diberikan tanggung jawab melaksanakan ibadah kepada-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Hampir  seluruh syariat Islam dan hukum-hukumnya berlaku tidak hanya bagi kaum adam saja tapi juga bagi kaum hawa secara seimbang, begitupun dengan janji pahala dan ancaman siksaan tidak dibedakan satu dengan yang lainnya masing-masing dari mereka memiliki hak dan kewajiban yang sama dihadapan Allah sebagai seorang hamba. Dan Allah pun menyebutkan bahwa perbedaan keduanya, hanya dilihat dari bagaimana ketawaan mereka dalam menghambakan diri.

Sebagai penutup,

Kata Kartini, Tubuh kita Boleh saja terpasung, tapi pemikiran kita tetap terbang. (Kurang Lebihnya seperti itu).

Salam dari Perempuan Muslimah Pemimpin Mimpi




IMMawati Masrina
Ketua Bidang Organisasi
PC IMM Bone

No comments:

Post a Comment