Wednesday, June 3, 2020

Mengemis di Rumah Sendiri



Apakah kami harus mengemis kembali dirumah kami agar kalian sadar?

Kalian selalu menyuapi kami dengan pecahan kaca yang pasti dapat melukai tubuh kami, tapi kami tetap berusaha untuk menelannya walaupun kami tahu betapa perih dampaknya. Kami senantiasa selalu husnuzon kepada kalian dengan tujuan harapan kami agar kalian dapat melihat penderitaan kami.

Tidak cukupkah kalian menyuapi kami dengan pecahan kaca tersebut? Ataukah kalian baru bisa menyadari hal tersebut ketika kami telah mati?

Perlakuanmu terhadap anakmu sendiri diambang batas kemanusiaan. Untuk itu perlu ada intervensi dalam dirimu untuk menghentikannya. Demikian pendapat ini bukan tanpa bukti dan alasan yang jelas, tapi ini adalah kenyataan penjajahan yang sulit dicerna, penjajahan yang kini berlangsung dalam rumah kita sendiri, rumah yang katanya kalian agung-agungkan selama ini sebagai bentuk ikatan kalian.

Wahai para orang yang selama ini dianggap sebagai orang yang dituai, asal kalian tau, semua yang kalian lakukan atas nama apapun itu kenyataannya malah akan melenyapkan impian dan cita-cita bagi anak kalian sendiri. 

Betapa tidak mengherankan perlakuanmu terhadap anak-anakmu. Mulanya engkau menyerangnya menggunakan jabatanmu yang kau anggap kebijakan-kebijakan tapi itu semua tak hanya sebagai racun bagi rumah ini dan anak-anakmu, hingga bergeser mencoba menjatuhkan dan meruntuhkan segalanya.

Benarkah demikian? Benar, karena semua seakan sirnalah semangat sang surya yang selama ini senantiasa terpancar dalam diri para kader. Semua dimulai dari kebijakan-kebijakan yang engkau berikan, merugikan hak-hak kami sebagai pemilik rumah, hingga birokrasi yang merupakan peninggalan para pendahulu engkau rampok semua tanpa keinginan menyisakan sedikitpun. Semangat juang yang selalu kami lakukan dalam upaya memperlihatkan dan menunjukkan eksistensi dari hakikat sebuah perjuangan dan pergerakan ini, kini luruh dengan sendirinya. Yang kalian lakukan hanya sebagai penyakit, benalu yang mencuri dan menyerap segala semangat juang itu hingga pada tingkat sangat kritisnya. Perlakuanmu bagaikan hewan berang-berang yang tega membunuh anaknya sendiri, sungguh membuat berang memang.

Orang saat ini sedang menyaksikan tindakan perampokanmu di depan mata sendiri tapi mendiamkannya. Orang yang seharusnya dianggap mampu menghentikan semua ini seakan memediasi pencurian ini, dengan mendiamkannya. Padahal tindakan pencurian demikian mematikan dan merugikan masa depan rumah yang katanya milikmu dan juga anak-anakmu. Sungguh perampokan yang memalukan, merampok rumah sendiri dan menghisap kehidupan penghuni lainnya.

Benar yang dikatakan seseorang kala itu "kita sudah kaya akan orang-orang yang mampu memberdayakan tapi masalahnya apakah orang ini mau memberdayakan atau tidak".

Melihat dari perkataan tersebut saya dapat menyimpulkan, mendiamkan sesuatu itu ada batasannya, begitupun dengan menahan amarah pasti ada ujungnya.

Perjuangan juga ada pasang surutnya. Nah sebelum perjuangan itu benar-benar surut dikarenakan ego dan perlakuaanya terhadap rumah kita bersama, maka pilih mana, Tunduk Ditindas Atau Bangkit Melawan?

Jika demikian adanya, mencuri dan merampok semua hak-hak para pemiliki rumah. Klaimmu sebagai cara mengembangkan agar rumah ini bisa senantiasa besar dan bermanfaat, namun kenyataannya adalah ketidaktulusan niatmu jelas terlihat bagaimana setiap upaya yang engkau katakan cara untuk membangunnya. Malahan hanya kemunafikan dan bahkan pembunuhan dan pencurian hak. Apakah ia akan mendiamkanmu dan membantumu agar tujuanmu tercapai? Bagaimana dengan nasibnya sendiri?

Kamu mau memilih mana; Pertama, menyukseskan, dengan membiarkan jiwa semangatmu mati terbunuh oleh  kepasrahanmu, dan membantu dengan mendiamkannya. Ataukah kedua, menolak semua perlakuannya sebagai pembohongan dan ketidaktulusan dalam memaknai kata "ini adalah rumah kita"? Jika kau memilih yang pertama maka saat ini yang terjadi dan yang berlangsung keadaanya adalah kau sebagai pengemis dirumahmu sendiri,  membiarakan diri “Tunduk Ditindas” oleh orang yang selama ini dianggap sebagai tetua. Namun jika memilih menolak maka yang harus dilakukan adalah “Bangkit dari keterpurukan dan penindasan”.

Namun tak disadari bahwa dalam kenyataanya saat ini kamu memilih pilihan yang pertama yakni ‘Tunduk Ditindas’ oleh orang tuamu. Padahal tindakan dan perlakuannya terhadap kalian sangat jelas menunjukkan tindakan kejahatan dan penjajahan yang mengatas namakan ini untuk kebaikan rumah kita. Dalam keadaanmu yang seperti ini mengapa kau tidak menolak perlakuaannya? Kenapa kau tidak melawan dan memproklamirkan semangatmu untuk menghentikan penjajahan yang mengatas namakan alasan-alasan tersebut?

Sampai kapan kamu membiarkan mereka menjajah? Kapan lagi kamu mau menentang ketidakadilan dan penjajahannya untuk bangkit dari keterpurukanmu? 

Jika tidak ingin terus ditindas dan dijajah olehnya dengan segala akibat penjajahannya, maka bangkitlah. Jangan tunggu waktu lama lagi sebab jika ditunda maka penyakitnya siap melenyapkanmu.

Bangkitlah, Melawanlah !

Bangkitlah, Wahai yang sedang terjatuh, jangan tertunduk, jangan biarkan dirimu ditindas, jangan diamkan perlakuannya terhadap dirimu. Bangkitlah, jangan diam tak berdaya terhadap kejahatan atas diri, jiwa dan keberlangsungan rumah kita. Ini bukan persoalan pengakuan kepemilikan, tapi bagaimana hakikat dan tanggung jawab dari rumah ini yang telah bersandar di pundak kita. Penjajahan adalah kejahatan, sikap pembiaran perlakuannya adalah pencurian semangat dan pembunuhan.

Jangan biarkan segala sikapnya hanya diterima dengan begitu saja tanpa ada penentangan dan perlawanan.

Bagaimana mungkin kalian pemilik rumah bisa membiarkan kejahatan berlalu begitu saja dikarenakan hanya sebuah label yang mengatasnamakan demi kebaikan kita?

Dimana sisi ke'intelektual'an yang engkau banggakan itu jika kita hanya memasrahkan segala sesuatunya kepada mereka yang jelas kita tahu bahwa mereka itu merusak? Rumah kita dalam ambang kritis, hanya persoalan waktu segala upaya dan impian akan lenyap ditenggelam oleh orang tak bertanggung jawab.

Rumah ini akan ditelan oleh waktu dan pada akhirnya akan dianggap sebagai cerita dan dongeng belaka, karena apa? Pembungkaman kita yang telah membiarkan orang memporoklamirkan yang katanya tujuan terbaiknya tapi pada kelakuan malah sebaliknya merekalah sumber penghancuran semuanya.

Jadi apa pilihanmu?


Immawati Masrina
Ketua Bidang Organisasi
PC IMM Bone Periode 2020-2021

No comments:

Post a Comment