Monday, October 26, 2015

Harusnya saya dan anda lakukan


Rembulan bersinar dari balik awan, sinarnya menembus melewati celah-celah awan yang sedari tadi bergerak dibawa angin. Udara malam yang dingin bercampur air mengisi paru-paru tak membuat kami goyah dari tempat kami duduk, bisa berbincang seperti ini juga tidak datang setiap hari, pikirku dalam hati.

Diteras sekretariat PIKOM IMM saat waktu menunjukkan pukul 11 malam. Ditemani kopi, denganku Takwin berbincang dan melakukan perbandingan tentang Negara untuk melakukan sebuah perubahan ke arah yang lebih baik, dimana religi adalah fokus utamanya sedangkan Suparman duduk tidak jauh, terpaku pada layar PCnya sembari mendengarkan dan sesekali tersenyum.

Kabut Asap yang menyebabkan ISPA dikarenakan pembakaran lahan, Perombakan kabinet kerja Jokowi JK, Kasus Korupsi tak kunjung putus menghiasi layar kaca, rusaknya moral bangsa karena pengaruh media cetak maupun elektronik, bahkan jatuhnya Lorenzo karena dijegal valentino menjadi trending topic.

Kesimpulan yang kutarik dari perbincangan itu adalah berikut. Bila dilinearkan dengan cerita legendaris tentang seseorang yang ingin merubah dunia namun berakhir dengan hanya mampu mengubah dirinya sendiri dipenghujung hidupnya maka hal yang harusnya saya, anda dan kita lakukan adalah mengubah sesuatu dari yang terkecil.

Kita selaku kader dari Organisai Dakwah secara personal haruslah mengevaluasi diri, Apakah fii sabilillah telah kita tegakkan lewat hati, kata dan perbuatan? Apakah akademisi islami berakhlak mulia yang menjadi tujuan kita, telah kita capai? Atau yang sepeleh, Apakah sejak kita bergabung Al-Quran telah tamat kita baca dengan maknanya?

Hari ini syiar dakwah sulit kita temukan dalam masjid, bangku perkuliahan atau bahkan dalam aktivitas sederhana.

Hari ini kaos oblong, celana jeans/training dengan tampilan yang kurang rapi mendominasi dalam berpenampilan dalam keseharian dan tugas organisasi.

Hari ini senyum, salam dan sapa bukti keramahan dan kesan yang Sudirman Mappiare sampaikan saat pertama kalinya menginjakkan kakinya di secretariat mulai pudar dan langkah adanya jika kita berkunjung.

Kabut asap mungkin menghalangi diri kader dalam menyibak tabir pemikiran hingga membuat perombakan kabinet kerja menjadi jalan keluar, kasus korupsi waktu tak kunjung terhenti hingga tinggal menunggu waktu hingga media cetak dan elektronik merusak moral kader. Jika hal ini terus dibiarkan bukan tidak mungkin kader IMM lari menyalahkan zaman kemudian terjatuh kedalam hal bersifat negatif bak jatuhnya Lorenzo dijegal oleh valentino.

Adalah ironi jika kita mengharapkan adanya perubahan pada lingkungan sekitar sedang kita tidak mampu menjadi role model bagi orang lain. Satu hal yang pasti, lantai yang kotor tidak akan mampu dibersihkan oleh sapu yang juga kotor.

Mulai dari sekarang kader-kader harus belajar dan mulai bertindak dari hal terkecil. Janganlah menunggu waktu yang tepat untuk membuat sesuatunya sempurna tapi lakukanlah sekarang dan buatlah menjadi sempurna.

Pikirku hingga cangkir yang terisi kopi telah kering hingga kedasar memberi tanda bulan harus kembali ke peraduannya namun memori yang terukir kan mengiring pembicara ke tempat peristirahatannya.

writer : Fikar Exact

No comments:

Post a Comment