Showing posts with label PUISI. Show all posts
Showing posts with label PUISI. Show all posts

Monday, March 30, 2020

Bumiku lelah - Serlina


Bumiku lelah
Serlina
        
Bumiku sunyi
Bumiku sepi
Bumiku diam
Dan dibalik diamnya, ia seakan-akan ingin berteriak, berteriak sekencang-kencangnya.
Kemudian, kutanyakan pada angin, laut, Langit, Dan daratan "apa yang terjadi dengan Bumiku?"
Namun semuanya diam.
Katanya, bumiku terjangkit virus
Virus yang seketika mampu mematikan organ tubuhnya satu per satu.
Bumiku memang sudah tercemar,
Bumiku memang sudah tua,
Bumiku memang sudah tak sesehat dulu lagi,
Bumiku sudah mulai sakit-sakitan,
Organ tubuhnya sudah mulai tak berfungsi, dan mati satu per satu secara perlahan.
Apakah bumiku akan kembali sehat?
Apakah bumiku akan sembuh dari sakitnya?
Ataukah bumiku akan mati?
Apakah benar bumiku akan mati?
Iya, ternyata benar,
Bumiku akan mati
Iya, suatu saat bumiku akan mati,
Ketika yang menciptakannya, telah mengizinkan ia untuk mengguncangkan dirinya dan mematikan semua organ tubuhnya.
Dan kurasa, itu sudah tak lama lagi.

Bumi Dan Kehidupan - By. Bairjie


Bumi Dan Kehidupan
By. Bairjie

Cahaya menyentuh daun daun berkilat
Cahaya memintas  buih
Buah jadi perak
Cahaya merangkul bumi
Bumi hamil
Lahirlah kehidupan

Cahaya sejenak menghilang
Alam diam
Mimpi jadi keruh dan kelam
Cahaya barigkan aku di rumah mu.

Bone,  24 Maret 2020

Bisikan Bumi - Oleh : HAPSA


Bisikan Bumi
Oleh :  HAPSA

Canda tawa yang mulai tiada
Onggokan harap yang tiada guna
Validasi luka yang tiada tara
Impianku mulai reda
Dalam resah kuterdiam seribu bahasa

Sampai kapan....?
Engkau menghukum tubuhnya
Menelantarkan keindahannya
Bayang-bayang kehancuran menyapa
Ibu Pertiwi menyanyikan lara
Lirih bumiku menusuk raga
Akankah pilu kembali terasa?
Nyanyian syahdu kegelisahan memekakkan telinga

Bumiku tua, Bumiku renta
Entah siapa kelak penghuninya
Lantunan doa terus mengalir pada-Nya
Aku ingin hijau bumiku kembali
Suara bumi menyayat hati

Bone,  24 Maret 2020

"Cepat Sembuh, Bedebah" - By. Albhy El-Azzam


"Cepat Sembuh, Bedebah"
By. Albhy El-Azzam

Kemarilah tuan.
Akan ku ceritakan tentang para manusia bedebah
Dibawah kolong langit mereka merebah
Menyeka keringat dari wajah yang tampak lelah
Menikmati seongggok semesta tanpa sedikitpun berkalang resah
Bedebah itu berkelakar
" Cepat sembuh Bumiku .."
Tapi nuraninya diam saat hutan dibakar.
Tak ada rasa iba saat semesta dipecundangi
Berlindung dibalik teori-teori tak berisi
Menutup mata melihat penjajahan alam
Tak ada tangis menatap kehancuran yang kelam
Manusia bedebah itu
Dengan riangnya ketawa ketiwi
Di atas tangisan ibu pertiwi.

Kemarilah,tuan.
Bumi berbisik padamu
"Bukan aku yang harus sembuh,tapi para manusia bedebah itu yang harus sembuh"
Sembuh dari keangkuhan
Sembuh dari  keserakahan
Sembuh dari ketidakpedulian
Aku semakin lemah, tak ada yang memapah
Bedebah bedebah itu hanya sibuk memvonis ketidakberdayaan
Mengeruk titah emas dalam diriku
Menebang liar harapan hidupku
Membuang sembarangan asaku
Merusak tatanan singgahsanaku
Terlalu pasrah hingga aku bak sampah

Kemarilah tuan.
Lihat ..Manusia bedebah itu nikmat menghirup polusi
Yang dihasilkan dari keegoisan yang menguap
Tak ada kasih untuk kisah tetap berlanjut
Aku  tak bangkit , mereka sakit
Aku tak berdetak,mereka sesak.
Aku berhenti ,mereka mati

Tuan, jewentahkan keluhku dalam doa'mu
"Cepat sembuh para manusia bedebah".

Tertanda Bumi mu,Tuan.

Bone,  24 Maret 2020

Istirahatlah - Oleh : Khair


Istirahatlah
Oleh : Khair

Dulu,
Kau begitu cantik
Kau begitu indah
Kau yang kubanggakan

Kini,
Kau tak muda lagi
Kau tampak tak sehat

Mungkin,
Sudah saatnya kau beristirahat
Sudah waktunya kau menikmati masa tuamu

Tapi,
Akan jadi apa aku ini jika kau beristirahat
Akan menjadi seperti apa kita ini

Dengan apa lagi aku harus menjagamu
Dengan cara apa lagi aku merawatmu

Bangunan yang semakin kokoh
Namun tubuhmu yang semakinn menua

Aku tak sanggup melihatmu menanggung semua derita ini

Beristirahatlah wahai bumiku
Beristirahatlah dari serakahnya manusia

Selamat beristirahat Bumiku
Semoga kita dipertemukan dengan kau yang kembali membaik

Regresi Momen di Kota Kecil - Otak : Andi Aswan


Regresi Momen di Kota Kecil
Otak : Andi Aswan

Sebuah momen redup di sudut kota
Tentang siapa yang dulu berkuasa
Suara bebas di pagi juga senja
Tentang masa kota kecil berjaya

Hari ini,
Ketika sampah merajai
Dari gubuk kaum darwis hingga gedung petinggi

Mari mencari kata
Tentang keadaan yang tak tercatat dalam sejarah
Tak terngiang kala terguris pada lidah
Remang dalam momentum sementara

Regresi momen di kota kecil
Pikiran besar dalam genggaman mungil
Suara lantang dalam ruang sendiri
Dibungkam dalam emosi imaji

Cina, 24 Maret 2020

Tirai Bumi - By. Mamat


Tirai Bumi
By. Mamat

Berjalan tanpa arti
Berjuang sampai mati
Apalah arti hidup ini
Kalau hanya untuk mengejar duniawi...

Hidup adalah perjuangan
Perjalanan adalah suatu pembelajaran
Jika tak ada pengorbanan
Lambat laun kita akan tersingkirkan..

Katanya bumi ini sangatlah indah
Sehingga banyak manusia yg terlenah
Bekerja keras tanpa henti
Untuk mengejar sebuah mimpi...

Bumi ini memang kelihatan indah
Ketika disinari dengan rembulan dan mentari
Tapi tak akan pernah seindah
Ketika kita berada disurganya nanti...

Dibumi ini tempat kita berpijak
Tapi jangan lupa kita akan beranjak
Dari sebuah kepalsuan
Kearah kepastian...

Bumi memang dihamparkan
Tapi bukan untuk diperebutkan
Karena akan ada kehidupan
Yang akan dipertanggung jawabkan..

Bone,  24 Maret 2020

Renungan Alam - Irawana


Renungan Alam 
Irawana

Bila nanti.....
Semua tak berpihak lagi
Alam mulai bosan
Memikul semua beban ini

Bila nanti.....
Semua pecah berserakan
Akan sakit yang tak terucap
Dan tak mampu angkat bicara

Alam.....
Memilih diam membisu menahan sakit
Yang tak mampu melawan memberontak
Terhadap manusia yang serakah

Alam selalu sabar menghadapi
Sapaan lambaian dedaunan
Hembusan udara kesegaran
Namun semua tak peduli

Alam pun enggan berkata-kata
Dan memilih diam seribu bahasa
Bagaikan isyarat awan pada hujan,yang tak sempat tersampaikan
Sebelum tumpah tangisan

Alam sadar.....
Rasa sakit itu seperti karang
Yang terus tenggelam namun tetap bertahan
Rasa sakit membekas yang takkan hilang
Seperti ombak menyapu tumpukan pasir
Seperti kayu yang terkalahkan oleh api

Bila nanti.....
Semua sirna hanya sesaat
Dan alam pun tak peduli lagi
Semua kering karena hembusan angin
Kemudian..... hilang

Derita Alam - Irawana


Derita Alam
Irawana
Akan datang hari.....
Dimana alam tak bersahabat lagi
Dulunya kawan..... serontak menjadi lawan

Akan tiba masa.....
Dimana alam akan marah
Menghancurkan semuanya
Pada manusia yang serakah

Berdiri angkuh diatas pijatan kaki
Tertawa..... seolah tak terjadi apa-apa
Setiap hari... alam memikul bangunan layaknya istana

Kawan.....
Andai alam mampu berbicara
Membisikkan rintihannya pada telinga manusia
Akan sakit yang diderita

Namun alam enggan berkata-kata
Dan memilih diam seribu bahasa
Akan kebosanan dan tak mampu angkat bicara
Untuk mengakhiri semua keangkuhan itu

Akan tiba masa.....
Semuanya tak seindah dulu lagi
Alam akan menyisahkan cerita
Ditanah kering bebatuan dan rerumputan
Cahaya mentari seakan membeku,menusuk relung jiwa
Cahaya kebahagiaan itu perlahan sirna
Yang akan menjadi lorong kegelapan

Akan tiba masa.....
Bumi akan hilang dari kasta
Yang tinggal hanya penyesalan
Pada manusia..... yang hanya menikmati
Namun.....
Tak mampu mensyukuri

Bumiku Menangis - By. Rosita


Bumiku Menangis
By. Rosita

Kini bumiku telah menangis
air mata yang berjatuhkan begitu drastis
membuat manusia bersorak dengan histeris
yang kini telah melegendaris

Bumiku kini telah terluka
karena ulah manusia
yang hanya menjadikan tempat beristirahat
tetapi tak dapat merawat
Entah kemana lagi kami pergi
ketakutan telah menyelimuti
yang mengerogoti tanpa henti
dengan wabah virus yang melandah bumi ini
Ya Tuhan kami
hentikanlah penyakit ini
maafkan atas kesalahan dan dosa kami
yang telah membuat Engkau murka kepada kami.

Bone,  24 Maret 2020